
Tel-U Bantu Preventif Aspek Keamanan Laut Natuna Utara
Kedaulatan mutlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, seringkali terjadi sengketa politik
luar negeri akibat tidak adanya kesepakatan dalam menjalankan kebijakan yang sudah diatur Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sekalipun. Konflik aktual saat ini antara lain sengketa Laut China Selatan (LCS) yang
berbatasan dengan sejumlah negara. Salah satunya Laut Natuna Utara milik Indonesia. Ketegangan sering
terjadi, lantaran klaim China atas wilayah itu yang bersinggungan dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
yang sudah diakui PBB
WILAYAH LCS yang berbatasan langsung dengan Laut Natuna Utara memiliki potensi sumber daya alam yang diperebutkan berupa kekayaan laut, dasar laut hingga wilayah di sekitarnya. Banyaknya konflik dan ketegangan di wilayah itu berpotensi menimbulkan perang, sehingga butuh tindakan preventif bagi Indonesia dalam menjaga kedaulatannya. Hal itu menjadi tema Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) tim dosen Fakultas Rekayasa Industri Telkom University (FRI Tel-U) Kampus Surabaya, yang dipimpin Berlian Rahmy Lidiawaty, S.ST., M.MT. tahun 2024.
Kegiatan ini bekerja sama dengan mitra kolaborator dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan mitra sasar Angkatan Laut (Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut). Kegiatan Abdimas difokuskan pada upaya preventif aspek pertahanan dan keamanan yang dapat diperkuat di Indonesia, khususnya wilayah Laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan teritori LCS. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan Abdimas ini. Pertama, menghasilkan dashboard manajemen yang terintegrasi terkait sumber daya laut serta pertahanan dan keamanan Natuna untuk mendukung ketahanan nasional. Kedua, memberikan rekomendasi kebijakan terkait efisiensi dan efektivitas manajemen sumber daya laut serta meningkatkan kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia, khususnya di wilayah Natuna. Kegiatan Abdimas dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) bersama beberapa ahli untuk mencapai tujuan dengan mengetahui sistem armada terpadu yang dimiliki Indonesia saat ini.
Menurut Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, ada empat variabel dalam sistem senjata armada terpadu, yaitu pangkalan angkatan udara Kapal Republik Indonesia (KRI) menyangkut kapal yang bertugas operasi, tipe, jumlah, dan kesesuaiannya; pesawat udara; serta pasukan marinir atau satuan pelaksana keamanan. Keempat variabel itu kemudian diolah pada kegiatan Abdimas untuk disimulasikan dengan asumsi adanya data dari negara lain yang juga berkonflik pada wilayah LCS. Simulasi ditampilkan dalam dashboard Manajemen Simulasi Kekuatan Geopolitik Natuna untuk membantu mengidentifikasi tantangan potensial dan memberikan rekomendasi perbaikan pada aspek geoteknologi. Dashboard yang terbentuk akan membantu aparat negara dalam pengawasan wilayah teritori Indonesia dan manajemen sumber daya laut yang mendukung ketahanan nasional.
Solusi pada kegiatan Abdimas berupa sistem dinamik, yakni pendekatan yang memanfaatkan teknologi komputer untuk menganalisis dan merancang kebijakan melalui model simulasi. Sistem dinamik memberikan masukan esensial untuk pembuatan dashboard berbasis website. Dashboard akan memonitor berbagai kegiatan di wilayah tersebut secara real-time. Selanjutnya, hasil simulasi akan dianalisis dengan menggunakan game theory untuk memahami dampak interaksi antarnegara yang terlibat di teritori LCS. Analisis ini akan membantu mengidentifikasi strategi di tingkat operasional, taktikal, dan strategis. Tim sudah mengumpulkan data keempat variabel yang berasal dari Angkatan Laut (Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut) dan bersifat rahasia. Data-data yang dikumpulkan kemudian dinormalisasi sebelum diproses. Normalisasi data dilakukan dengan menghilangkan data null, mentransformasi data dengan format yang sama serta menghilangkan data dengan informasi yang tidak lengkap. Data yang sudah terkumpul lantas disimulasikan dengan sistem dinamik melalui lima tahap, yakni problem articulation, dynamic hypothesis, formulation, testing, dan policy formulation and evaluation.
Setelah menyelesaikan simulasi sistem dinamik, tim Abdimas memperdalam pemahamam dinamika keamanan dengan analisis game theory. Proses ini melibatkan identifikasi pihak-pihak yang terlibat, seperti Indonesia, China, dan aktor regional/ internasional lain serta penentuan strategi yang mungkin diadopsi masing-masing pihak, seperti tindakan diplomasi atau peningkatan kehadiran militer. Keuntungan yang diharapkan setiap pihak, termasuk aspek keamanan, akses sumber daya serta dampak ekonomi pun turut diperhitungkan. Hasil analisis ini dapat memberikan wawasan tentang potensi risiko, kemungkinan konflik serta membantu perumusan kebijakan dan strategi pertahanan yang lebih adaptif untuk menghadapi kompleksitas keamanan di Laut Natuna Utara. Setelah dianalisis, data yang ada diintegrasikan dalam visualisasi dashboard manajemen untuk menyediakan dasar decision support yang komprehensif. Dashboard akan memberikan rekomendasi strategi di level operasional, taktikal, dan strategis.
Ada tujuh tahapan pengembangan dashboard. Mulai pengumpulan kebutuhan (requirements gathering); ideasi (ideaton); Extract, Transfer, Load (ETL) data; pengembangan (built); testing; dokumentasi; pengenalan, penerimaan, dan operasional harian (launch, adoption & BAU). Dengan integrasi data hasil analisis game theory dan simulasi sistem dinamik pada dashboard manajemen, stakeholder pengambil keputusan akan memiliki alat yang kuat untuk memahami, memantau, dan merespon dinamika kompleks keamanan di Laut Natuna Utara.
Disarikan dari Proposal Pengabdian kepada Masyarakat Skema Kolaborasi Dalam Negeri tahun 2024 bertajuk “Dashboard Manajemen Simulasi Kekuatan Geopolitik/Geoteknologi Pertahanan Indonesia di Laut Natuna Utara” oleh Berlian Rahmy Lidiawaty, S.ST., M.MT., dan tim.