KKN Sumedang : Mahasiswa Pamerkan OVOP

KKN Sumedang : Mahasiswa Pamerkan OVOP

Aneka jenis kuliner serta inovasi pakan ternak dan minyak kelapa hingga berbagai produk UMKM khas Kabupaten Sumedang menghiasi sejumlah stand di perhelatan Sumedang Fest, Sabtu (15/6). Beberapa di antaranya laku terjual dan menawarkan tester bagi para pengunjung stand. Semuanya karya inovasi mahasiswa kategori One Village One Product (OVOP) dalam kegiatan KKN Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) selama empat bulan sejak Februari hingga Juni 2024.

Sebelumnya, pada penutupan KKN PTMGRMD yang dilaksanakan di hari yang sama di Aula Tampomas Pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang, secara simbolis mahasiswa menyerahkan inovasi OVOP pada Pj. Bupati Sumedang, Drs. Yudia Ramli, M.Si. “Terima kasih bagi mahasiswa yang sudah melaksanakan semua program PTMGRMD, para camat serta seluruh masyarakat Sumedang yang sudah memfasilitasi,” ujar Yudia dalam sambutannya.

KKN PTMGRMD merupakan bagian kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) yang digelar Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV. Sebanyak 1.247 mahasiswa dari 142 PTS se-Jabar, termasuk 30 mahasiswa dari Telkom University (Tel-U), melaksanakan KKN di sejumlah desa di Kabupaten Sumedang. Ada lima program yang dijalankan, yakni Literasi Masyarakat Miskin Ekstrem, Zero New Stunting, One Village One Product (OVOP), Pengembangan Inovasi serta Pusat Kesejahteraan Sosial. Semua program bertujuan membantu capaian Key Performance Index (KPI) Kabupaten Sumedang.

“Rata-rata pencapaian KPI dari lima program yang dijalankan mahasiswa di atas 50%,” ujar Ketua PTMGRMD, Prof. Dr. Edi Siswanto. Hal senada diungkapkan Ketua MBKM Kemendikbudristekdikti, Heru Wijayanto Ari Pradono, yang turut mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini.

“Program ini sesuai dengan MBKM yang akan menghasilkan kualitas mahasiswa yang relevan dengan lingkungan, tak hanya dari aspek pengetahuan, namun juga penguatan sikap dan soft skill, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan dan mampu menyelesaikan persoalan di lingkungan. Seperti kata Ki Hadjar Dewantara, ‘Semua tempat adalah sekolah’. Jadi, mahasiswa dapat belajar tidak hanya di kelas,” papar Heru.

Meski ada sejumlah kendala pada pelaksanaan KKN PTMGRMD tahun ini, namun antusias mahasiswa dan masyarakat yang ditempati cukup tinggi. Bahkan, KKN ini dapat dikonversikan menjadi nilai kuliah sebanyak 20 SKS atau hampir setara dengan pelaksanaan perkuliahan selama satu semester. Edi Siswanto mewanti-wanti setiap kampus yang mengikuti kegiatan ini agar memperhatikan konversi nilai setiap mahasiswa, sehingga tidak terjadi masalah di masing-masing kampus. Apresiasi lain datang dari Plh. LLDikti, Agus Supriatna S.Sos., M.Si. “Kegiatan ini merupakan kolaborasi pentahelix di wilayah LLDikti Wilayah 4. Hal ini terkait upaya mewujudkan SDG’s dan kesempatan mahasiswa untuk mengasah soft skill dan teamwork serta leadership untuk pemberdayaan pembangunan di perdesaan,” tandasnya.