
Implementasi CoE “Kendaraan” Akselerasi Visi Entrepreneurial University
Akselerasi menuju visi Telkom University (Tel-U) sebagai National Entrepreneurial University di tahun 2028 dan Global Entrepreneurial University di tahun 2038 dilakukan melalui penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di antaranya riset dan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) yang dapat menunjang kegiatan pendidikan Tel-U. Tak hanya rekognisi di tingkat nasional, dunia internasional pun sudah mulai mengenal kampus ini.
MENURUT Wakil Rektor IV 2017-2024 Bidang Strategic Partnership, Riset dan Inovasi, Dr. Rina Pudji Astuti, M.T., dukungan ini memerlukan kendaraan yang lebih banyak dari sebelumnya, yang hanya ada 2 Pusat Implementasi CoE “Kendaraan” Akselerasi Visi Entrepreneurial University Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi (PUI PT) dan 4 Research Center (RC). “Untuk menuju Entrepreneurial University,
tentu inovasi-inovasi riset harus berdampak dan bermanfaat ke masyarakat, stakeholder serta berkontribusi pada aspek finansial Tel-U,” ungkapnya.
Upaya percepatan ini membawa Tel-U untuk mengubah aspek riset dan inovasi dengan menambah
kendaraannya menjadi 29 Center of Excellence (CoE) dan menghapus RC. Semua CoE bersifat multidisiplin keilmuan, tidak hanya fokus pada riset dengan hasil publikasi dan inovasi produk, namun ada unsur
penguatan bisnis dan keorganisasiannya. Semua Coe terdistribusi pada tiga focus area yaitu Connectivity and Convergence for Smart Living; Intelligent Business and Sustainable Economy; serta Digital Health, Social and Wellness.
Menurut Rina, perubahan ini tidak terjadi secara instan, karena sudah digodok cukup lama dengan mengacu pada pencapaian visi dan misi Tel-U, yakni Entrepreneurial University, sehingga aspek bisnisnya harus diperkuat, salah satunya melalui riset dan inovasi.
“Kami mengawal dan mendampingi semua CoE dengan mengadopsi Indikator Kinerja Utama (IKU) PUI PT dari Kemendikbudristek. Bagaimana mengelola riset, inovasi, bahkan mahasiswa hingga muaranya mampu berkontribusi pada capaian Non Tuition Fee (NTF). Sebab, aspek kewirausahaan ini bukan hal baru di Tel-U, bahkan pada prodi bidang teknik pun kami mempelajari aspek-aspek bisnis,”
lanjutnya.
Untuk riset dan inovasi, ada beberapa IKU yang harus dicapai semua CoE ke depannya. Untuk IKU riset mulai dari publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi, jurnal nasional terakreditasi, prosiding internasional terindeks, prosiding kolaborasi internasional hingga jumlah sitasi yang dihasilkan.
Kemudian, kekayaan intelektual dengan indikator capaian paten dan KI lainnya. Selanjutnya, pengembangan jurnal internal dengan menjadi editor di jurnal milik Tel-U. Lalu, pengembangan kemitraan riset dengan penyelenggaraan konferensi/seminar/simposisum berskala internasional, baik sebagai host/co-host; undangan pembicara dalam konferensi internasional (invited/keynote speaker) serta adanya kunjungan lembaga internasional ke PUI PT.
Terakhir, bidang akademik dengan kegiatan membimbing mahasiswa S3 yang lulus dengan topik sesuai fokus riset; membimbing mahasiswa magang (WRAP); serta membimbing mahasiswa (tugas akhir/ capstone design/thesis/disertasi bagi S1-S3.
Sementara IKU inovasi ditandai dengan adanya kemitraan riset, produk dan komersialisasi. Kemitraan riset
dapat berupa kontrak riset pada tingkat nasional (pemerintah/industri); kontrak riset tingkat internasinal; kontrak non riset (community service, SDGs, pelatihan atau sertifikasi, transfer teknologi dan
jasa konsultasi); serta jumlah dokumen kerja sama nasional dan internasional.
Selanjutnya, untuk produk dapat berupa produk berbasis sumber daya dalam negeri sesuai roadmap (barang-hardware/software dan jasa); atau produk yang dilisensikan sesuai roadmap dan atau dimanfaatkan (industrial licence/ diadopsi masyarakat).
Terakhir, untuk komersialisasi ditandai dengan adanya kontrak bisnis dalam rangka komersialisasi produk
dengan industri/pemerintah/ komunitas berupa (barang- hardware/software dan jasa) atau unit bisnis (unit bisnis Tel-U/startup) yang melayani jasa sesuai kompetensi. Kemudian ada revenue generating dari inovasi yang memiliki HKI atau dari spinoff/startup serta ada NTF revenue (+research income+hibah).
Menurut Rina, implementasi CoE berlaku sejak Maret 2024. Saat ini, 1.186 dosen Tel-U dari kampus di Bandung, Jakarta, dan Surabaya sudah terdaftar di setiap CoE.
“Setelah kampus Purwokerto bergabung dengan TeU National Campus (TUNC), jumlah dosen akan bertambah. Saat ini, member CoE terdiri atas dosen tetap dan profesional. Ke depan, akan ada member
dari eksternal Tel-U,” ujar Rina. Perubahan dari RC menjadi CoE membawa peran lebih luas dan harus memiliki dampak pada aspek bisnis. Semua CoE berada di bawah naungan Bidang IV yang dibantu Unit PPM, SPIO, DCS, dan BTP. Namun, semua CoE akan dipimpin Dean of Research Institute, yang di masa transisi dibantu Tim Adhoc Board, yang diketuai Dr. Heroe Wijanto, M.T. “Anggota Adhoc Board ada tujuh orang dari tujuh fakultas di Tel-U,” tambah Rina.
CoE yang bersifat multidisiplin keilmuan membutuhkan kepemimpinan mumpuni untuk menjaga kinerja dan keberlanjutannya. Maka, manajemen Tel-U sudah melakukan penyamaan persepsi, visi, dan misi bagi semua leader CoE, dengan tetap berlandaskan nilai budaya organisasi Tel-U Harmony, Excellence, Integrity (HEI). “Tantangan transformasi terkait leadership, yaitu bagaimana menyatukan perbedaan-perbedaan komunitas yang multisidiplin ini. Kami dari manajemen mendukung dengan mengawal dan
menyediakan aplikasi yang memudahkan memotret kinerja masing-masing dosen.
Lalu, CoE ini bukan hal yang instan, karena sebelumnya secara periodik di PPM selalu ada pelatihan, workshop, penguatan, dan penyamaan persepsi terkait riset serta inovasi. Bahkan, cara mendapat hibah riset, workshop menulis, dan lain-lain” jelasnya.
Melalui transformasi ini, Rina dan jajarannya berharap, implementasi CoE dapat mempercepat serta memastikan visi dan misi Tel-U menjadi Entrepreneurial University tercapai. Kemudian, kampus ini dapat memperluas footprint dari kegiatan riset dan inovasi serta abdimas di tingkat nasional maupun internasional.
“Mudah-mudahan CoE sebagai kendaraannya dapat bergerak cepat dan inovasi di sini juga bisa berkembang cepat. Lalu dari CoE ini akan menghasilkan leader-leader baru, kemudian mampu
menjaga keberlanjutan serta menghasilkan endowment dari NTF yang dihasilkan dan terus meningkat. Meskipun dampak yang dihasilkan dari CoE ini tidak harus selalu dalam bentuk x rupiah, namun mampu
berkontribusi di lingkup nasional dan internasional,” ujar Rina menandaskan