INSIST & Inovasi Nutrisi Cegah Stunting di Desa Barangka

INSIST & Inovasi Nutrisi Cegah Stunting di Desa Barangka

PERMASALAHAN tumbuh kembang anak dan balita (stunting) menjadi salah satu fokus di Indonesia untuk menuju kemandirian kesehatan serta Indoensia emas 2045. Dampak stunting sangat serius bagi masa depan anak-anak Indonesia, seperti berkurangnya tingkat kecerdasan, pertumbuhan fisik dan lain-lain. Pencegahan stunting sudah menjadi salah satu fokus riset di Tel-U seiring banyaknya dosen yang fokus pada pengembangan teknologi biomedis.

ALAH satu riset pencegahan stunting ini lolos dalam pendanaan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) Kolaborasi Sosial Membangun masyarakat (Kosabangsa) 2023 yang diselenggarakan DRTPM Kemendikbudristek. Adapun aksi pencegahan stunting melalui Abdimas Kosabangsa ini diketuai Hilman Trisna Fauzi SP., M.T., Ph.D., dari Fakultas Teknik Elektro (FTE) dan tiga orang dosen anggota dari FRI dan FIT (Prof. Dr. Irfan Darmawan; Putra Fajar Alam, M.T.; dan Dr. Vany Octaviany, M.M.PAR.). Kali ini, Tel-U bukan sebagai tim pelaksana abdimas, sebab sudah Klaster Mandiri. Tel-U menjadi tim pendamping bagi perguruan tinggi Klaster Madya atau Binaan. Adapun tim pelaksananya dari Institut Sains Teknologi dan Kesehatan (ISTEK) Aisyiyah, Kendari, Sulawesi Tenggara dengan judul “Posyandu Kit sebagai Upaya Monitoring Stunting Berbasis IoT dengan Mobile App Terintegrasi”.

Program Abdimas Kosabangsa, memfokuskan kegiatannya untuk mitra sasaran di daerah tertinggal. Adapun luaran yang dihasilkan adalah Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dapat diimplementasikan di masyarakat, Kekayaan Intelektual (KI) serta publikasi ilmiah. Sementara untuk temanya difokuskan pada ketahanan pangan, kemandirian kesehatan, energi dan kemandirian desa. Pelaksanaan Abdimas Kosabangsa di Kendari berlangsung 22-23 Oktober 2023 di Desa Barangka, Kecamatan Kapontori,

Kabupaten Buton pada dua kelompok kader Posyandu. Ada tiga program yang dilaksanakan dalam waktu dua hari, yaitu penyuluhan stunting, workshop penggunaan produk inovasi INSIST (INtegrated SolutIon for Stunting), serta inovasi olahan makanan dan pangan lokal sebagai tambahan gizi pencegah stunting.
Hari pertama dilakukan penyuluhan stunting oleh dosen tim pelaksana dan workshop penggunaan INSIST serta Mobile Apps Sistem monitoring tumbuh kembang balita oleh dosen tim pendamping. INSIST merupakan hasil riset Tel-U di tahun 2017, yakni alat berbasis IoT untuk mengukur antropometri berupa tinggi badan, tinggi badan dan Body Mass Index (BMI) yang terintegrasi dengan aplikasi berbasis mobile.

Hasil pengukuran antropometri kemudian diolah dengan input data lainnya dan menghasilkan informasi-informasi akhir seperti Peta Persebaran Stunting Nasional, Visualisasi Data Status Gizi, Visualisasi Data Kurang Kalori, Kronik, Visualisasi Data Status Minum ASI, Visualisasi Data Balita ASI Eksklusif, Visualisasi Data Kunjungan Ibu Hamil, Visualisasi Jumlah Jenis Kelamin Anak, Visualisasi Jenis Tindakan, serta Visualisasi Jenis Intervensi. INSIST terhubung dengan aplikasi mobile sehingga akan memudahkan kader posyandu dalam melakukan pencatataan dan monitoring daya tumbuh kembang balita secara digital.

Bahkan untuk aplikasi monitoringnya sudah pernah dilombakan dan sesuai dengan standar sistem informasi Kementerian Kesehatan. Setelah kegiatan berlangsung, tim menghibahkan alat Posyandu Kit, namun tidak dengan INSIST. Sebab, produk inovasi INSIST dan aplikasi monitoringnya bersifat decision top down dalam penggunaannya, lebih tepat untuk digunakan minimal di tingkat Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat yang membutuhkan data kesehatan hingga level analisis dan sistem monitoring. Sementara untuk level Posyandu, kader hanya melakukan pencatatan data-data kesehatan, tidak sampai tahap analisis data.

Hal ini menjadi salah satu masukan untuk kegiatan abdimas Kosabangsa di Desa Barangka, jika memungkinkan mitra kerjasama yang digandeng tidak hanya Pemerintah Desa, namun juga Dinas Kesehatan setempat.

Kegiatan selanjutnya, praktik membuat nutrisi tambahan pencegah stunting berbasis pangan lokal yang dilaksanakan di hari kedua. Nutrisi tambahan yang dibuat antara lain, kue jelly berbahan daun kelor, abon ikan cakalang serta biskuit berbahan singkong parut (kasuami-makanan khas Desa Barangka). Untuk kegiatan ini, tim pendamping dari Tel-U dan ISTEK Aisyiyah Kendari memberikan resep, cara pembuatan hingga penyajian makanannya. Bahkan, tim pendamping dari Tel-U sempat memberi masukan untuk pengemasan (packaging) produk makanan yang sudah dibuat, sehingga dapat dijual. Inovasi nutrisi tambahan ini pun langsung dihibahkan pada dua tim posyandu.

Program Abdimas Kosabangsa ini diutamakan bagi desa di daerah tertinggal, meski secara fisik wilayah Desa Barangka tidak terlihat tertinggal. Tapi banyak potensi di daerah ini yang belum tergali, sehingga diharapkan dengan adanya program ini masyarakat setempat menjadi lebih sadar dengan potensi ekonomi serta upaya meningkatkan kemandirian pangan dan desanya, salah satunya dengan inovasi makanan khas lokal. Kemudian, perguruan tinggi dapat lebih berkontribusi langsung di masyarakat, karena hasil-hasil risetnya diimplementasikan dan bermanfaat.

Sebab, salah satu indikator kemajuan di perguruan tinggi adalah ketika mampu turut memajukan masyarakat di sekitarnya serta keilmuan yang ada di perguruan tinggi membawa dampak yang positif di masyarakat. Selain itu, banyak hal di masyarakat yang menjadi variabel dalam implementasi keilmuan, namun tidak ada di perguruan tinggi seperti budaya, hukum, norma, situasi di masyarakat, tingkat pendidikan, kebijakan pemerintah. Hal-hal seperti ini dapat menjadi tantangan bagi dosen-dosen pengabdi dalam melaksanakan abdimasnya.

Disarikan dari wawancara kegiatan pendampingan Program Abdimas Kosabangsa 2023 Bertajuk “Posyandu Kit sebagai Upaya Monitoring Stunting Berbasis IoT dengan Mobile App Terintegrasi” oleh Dr. Hilman Trisna Fauzi SP, M.T., dan tim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *