FIF Tel-U Digandeng STIKEP PPNI Riset Informatika
Metode pengukuran penyakit di dunia medis kian canggih. Hal ini tak lepas dari inovasi periset di perguruan tinggi. Fakultas Informatika Telkom University (FIF Tel-U) turut mengarahkan risetnya pada teknologi biomedis. Bahkan, kerja sama riset bersama STIKEP PPNI Bandung berlangsung sejak tahun 2022. Penandatanganan kerja sama dilakukan Selasa (7/5) di Ruang Direktur PPM Tel-U.
Menurut Peneliti FIF, Bedy Purnama, S.Si., M.T., Ph.D., riset kerja sama sudah berjalan enam bulan dan memfokuskan pada aspek Computer Vision untuk mengukur parameter keparahan luka pada pasien diabetes dengan berbasis thermal camera. “Para peneliti STIKEP fokus pada riset alat-alat kesehatan berbasis IoT. Nah, kami di FIF diminta untuk mengerjakan satu bagian ini. Meski saat ini kami masih kesulitan mencari data terkait pasien. Apalagi data medis bersifat privat. Kemudian, di Indonesia juga belum ada riset dengan metode pengukuran luka berbasis thermal. Akhirnya, kami ambil dataset dari luar negeri (Argentina) dari IEEE. Lalu, ada satu data lagi yang akan kami ambil dari luar negeri, tapi masih menunggu izin,” paparnya.
Kegiatan riset bidang medis selama ini, diakui Bedy, lebih banyak mengandalkan data primer dari hasil diagnosa dokter. Namun di luar negeri sudah banyak yang mengarahkan riset medis berbasis IoT, bahkan menghasilkan alat untuk preventif penyakit berbasis IoT. Salah satunya Taiwan. Maka, kerja sama yang dijalankan bersama STIKEP PPNI untuk melakukan riset dengan sudut pandang berbeda, terutama terkait bidang medis. “Awalnya kami ajukan riset ini ke Rispro Kompetitif Nasional, namun terbentur kebutuhan alat yang mahal, karena untuk riset alkes yang serius. Akhirnya kami gunakan skema internal agar riset dapat berlanjut. Untuk penggunaan alat, kami atasi dengan alat yang serupa, namun dengan spesifikasi riset skala lab. Meski dari sisi akurasi sangat berbeda dengan alat yang diajukan di awal. Target kami, pada bulan ke-9 sudah ada hasilnya,” lanjutnya.
Pelaksana riset sebanyak 4 orang dosen Tel-U dan STIKEP PPNI serta dibantu mahasiswa S1 dan S2 FIF.
Bedy mengakui, riset yang dilakukannya masih membutuhkan validasi untuk membuktikan asumsinya menyangkut pengukuran parameter luka pada pasien diabetes. “Pengecekan suhu luka berbasis thermal masih jarang dilakukan. Ide awalnya di masa Covid-19 ketika pergerakan masih sulit, sehingga banyak tenaga kesehatan yang tidak melakukan atau mengetahui parameter luka pada pasien diabetes. Namun, ada kecenderungan suhu luka yang semakin besar diameternya akan semakin panas atau peningkatan suhu berbanding dengan ukuran diameter luka. Kami ingin meneliti ini untuk menguji validitasnya,” jelas dosen yang memiliki area riset bidang
Computer Vision, Bio Informatika, Image Processing, dan Machines Learning ini. Ada beberapa tantangan yang dihadapi Bedy dan timnya dalam riset kerja sama itu. Selama ini data yang lebih banyak digunakan untuk mengukur parameter luka menggunakan kamera biasa. Sebab, kamera thermal masih sedikit dan resolusinya lebih kecil dibanding kamera biasa. Selain itu, banyak orang yang lebih percaya dengan data visual biasa.
Namun, “Melalui riset ini, kami berharap dapat mengombinasikan data kamera thermal dengan data kamera biasa,” harap alumnus Kanazawa University, Jepang itu.